Senin, 05 November 2012

Epistemologi Surahwardi


Konsep Epistemologi Surahwardi :

Dalam hal epistemologi, Suhrawardi membahas secara penjang lebar masalah ilmu pengetahuan, pada akhirnya mendasarkannya pada iluminasi dan mengusulkann sebuah teori visi, yang dalam beberapa hal mirip dengan psikologi Gestalt. Suhrawardi dalam menuangkan gagasan pemikirannya, ia terpengaruh oleh pemikiran dari persia kuno tentang mistisme dan juga terpengaruh olah filsafat yunani. Selain itu Suhrawardi juga terpengaruh oleh pemikiran para filosof islam seperti al-Farabi dan ibnu Sina. Sehingga corak pemikirannya rasional-intuitif.
Ia menggabungkan cara nalar (rasio) dengan intuitif, menganggap keduanya saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Menurut Suhrawardi, nalar tanpa intuisi dan iluminasi adalah kekanak-kanakan, rabun dan tidak akan pernah bisa mencapai sumber transenden dari segala kebenaran dan penalaran. Begitu juga sebaliknya, jika intuisi tanpa penyiapan logika serta latihan dan pengembangan kemampuan rasional bisa tersesat dan pula tidak dapat mengungkap sesuatu secara ringkas dan metodis.[1]  
Atas dasar uraian pemikiran Suhrawardi itulah ia membangun tentang epistemologi filsafatnya yakni dengan menggabungkan antara nalar (rasionalitas) dengan unsur-unsur intuitif. Alirannya tersebut mendekati faham paripatetik khususnya seperti apa yang telah di tafsirkan oleh ibnu Sina, dan juga mendekati doktrin gnostik aliran ibn Arabi.
Untuk lebih bisa mendalami sisi ke intelektualitasan seorang Suhrawardi maka haruslah mengenal secara mendalam filsafat Aristoteles, logika, matematika, dan sufisme. Pikirannya haruslah sepenuhnya bebas dari prasangka dan dosa sehingga  ia secara bertahap dapat mengembangkan indera batinnya, yang menguji dan mengoreksi apa yang telah dimengerti oleh pikirannya secara teori.
Menurut Suhrawardi, akal yang tanpa bantuan Dzauq tidak dapat dipercaya. Dzauq berfungsi menyerap misterius atas segala esensi dan membuang skeptisisme. Tetapi sisi spekulatif murni pengalaman spiritual perlu dirumuskan serta disistematikan oleh pikiran yang logis. Ciri demikianlah yang nampak pada filsafat iluminasi Suhrawardi. Jadi, tujuan akhir dari segala bentuk pengetahuan yakni iluminasi dan ma’rifat (gnosis).  


[1] Hasyimsyah Nasution, filsafat islam. (Jakarta: Radar Jaya, 2005), 154.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate