Minggu, 26 Februari 2012

Epistemologi Islam

-->
KARAKTERISTIK IMAN, ISLAM, dan IHSAN


Latar Belakang

Berangkat dari ajaran Tauhid, pengalaman dan penghayatan agama islam terbagi atas tiga aspek, yakni : iman, islam, ihsan. Dan pada gilirannya ketiga aspek tersebut mewujudkan tiga macam orientasi keagamaan dalam epistemologi islam. Ketiga kerangka dasar epistemologis islam tersebut pada masa nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya memang belum begitu terasa, sebab pada saat itu kaum muslimin masih merupakan suatu masyarakat etis yang berlandaskan doktrin-doktrin yang jelas tentang Tuhan, hari akhir, serta kawajiban-kewajiban keagamaan yang praktis. Sehingga pada masa itu belum ada kajian lebih lanjut tentang ketiga hal tersebut. Namun dengan seiringnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kajian-kajian intelektual dengan cara pembahasan filosofis semakin meningkat, mulai terasa pembidangan baik dalam pemahaman, pengamalan, maupun penghayatan tentang ketiga kerangka epistemologi islam.
Pada pembahasan makalah kali ini kami akan membahas Akhlaq Tasawuf  secara lebih spesisfik lagi, yaitu pembahasan mengenai Iman, Islam, Ihsan. Karena ketiga hal tersebut juga termasuk dalam objek kajian ilmu Akhlaq Tasawuf. Sehingga perlu juga dikaji lebih lanjut untuk membuahkan hasil sebuah ilmu pengetahuan yang bersifat objektif. 

1.       Iman

Dalam islam, ada aspek yang mendasar yang menjadi pondasi sebuah keyakinan dalam beragama yaitu adalah akidah. Akidah secara etimologis (bahasa) berasal dari kata ‘aqida-ya’qidu-a’qidatan yang berarti simpulan atau ikatan. dan pengertian akidah secara terminologis (istilah) ialah kepercayaan dan keyakinan. Adapun yang dimaksud dengan akidah islam ialah “ perkara-perkara yang dipercayai dan diyakini kebenarannya dalam islam berdasarkan dalil Al-Qur’an dan sunah Rasul.”[1]
Akidah biasanya dijumbuhkan dengan istilah iman, yaitu “ sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota tubuh.” Akidah juga dijumbuhkan dengan istilah tauhid, yakni mengesakan Allah SWT.[2] Iman ialah segi teoritas yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh keragu-raguan dan dipengaruhi persangkalan.
Dalam penjabaranya, iman meliputi arkanuliman yakni rukun Iman. Yaitu antara lain :

1.    Iman kepada Allah SWT
Rukun iman yang pertama ialah iman kepada Allah SWT. Iman kepada Allah adalah yang paling pokok dan mendasari seluruh islam, dan  ia harus diyakinkan dengan ilmu yang pasti seperti ilmu yang terdapat dalam kalimat syahadat “laa ilaaha ilallaah”. Qur’an sebagai  sumberpokok ajaran islam telah memberikan pedoman kepada kita dalam mengenal Allah SWT. Demikian pula dikemukkakannya bukti-bukti yang pasti tentang kekuasaan-Nya bersama seluruh sifat keagungan-Nya.[3]
Konsep ketuhanan dalam islam menurut Qur’an berdasar atas firman Allah surah Al-An’am 102-103 :
ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لا إِلَهَ إِلا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيل لا تُدْرِكُهُ الأبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرٌُ
Artinya : Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
Iman kepada Allah SWT juga meyakini bahwa Allah adalah pencipta seluruh alam semesta beserta isi-isinya, sehingga dengan itu akan menambah keimanan manusia untuk mengenal Allah melalui ayat-ayat qauliyah dan ayat kauniah. Selain itu banyak ayat-ayat Qur’an yang mendesak kepada manusia untuk memikirkan terbentuknya dan kejadian alam semesta, sebagai tanda kekuasaan Allah SWT.

2.    Iman kepada Malaikat
Iman kepada malaikat adalah masalah akidah yang kedua sesudah iman kepada Allah SWT. Pengetahuan kita kepada malaikat hanya semata-mata berdasarkan Qur’an dan keterangan-keterangan Nabi. Para malaikat termasuk persoalan alam gaib, tidak bersifat material namun sebahagian tabiatnya bahwa dia dapat menjelma kealam immaterial. Kita wajib beriman kepada para malaikat oleh karena Qur’an dan Nabi memerintahkannya, sebagaimana wajibnya beriman kepada Allah SWT dan para Nabinya.[4]
Tentang sifat-sifat malaikat, Qur’an menerangkan bahwa mereka adalah hamba Allah yang mulia, tidak pernah durhaka. Tidak bermaksiat dan tidak pernah menentang perintah Allah. Meraka tidak membutuhkan makan dan minum selalu taat terhadap segala perintah Allah yang diamanatkan kepadanya.
Hal itu ditegaskan melaui Qur’an :

 عِبَادٌ مُكْرَمُون لا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونََ
Artinya : Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.[5]
Apabila kita telah beriman kepada para malaikatnya hendaklah kita selau bersifat optimis dalam menempuh jalan kehidupan ini , karena iman itulah yang membawa kita untuk menuju ketenangan dan ketentraman jiwa.

3.    Iman kepada para Nabi
Dalam analisa yang lalu telah diuraikan tentang iman kepada maliakat, meraka sebagai makhluk tertinggi menjadi jalan turunya wahyu yang agung kepada para rasul, dimana para rasul itulah sebagai duta-duta Allah untuk manusia. Mengenai jumlah para nabi /rasul tidaklah diketahui secara pasti. Sebagian ilama berkata Rasul itu berjumlah “313” orang, dan nabi barjumlah “124.000” orang.[6]
Para rasul berkewajiban menyampaikan risalah dan wahyu kepada para umat manusia . kerena itulah iman kepada para rasul berarti mempercayai bahwa allah telah memilih di antara manusia menjadi utusanya dengan tugas risalah kepada manusia sebagai hamba-hamba Allah dengan wahyu yang diterima dari Allah SWT untuk membimbing para umat manusia ke jalan yang lurus dan benar.
Para rasul memiliki sifat keistimewaan yang merupakan kelebihan mereka dari manusia lainya dikenal dengan istilah sifat-sifat wajib. Sifat ini sebagai bukti bagi seorang rasul Allah, yakni :
·         Siddiq yang artinya benar.
·         Amanah yang artinya dapat dipercaya.
·         Tablig yang artinya menyanpaikan.
·         Fatonah yang artinya cerdas.

 Dari sekian sifat khas seorang rasul Allah, yang paling esensial yang menjadi bukti kerasulan ialah mukjizat. Setiap rasul mempunyai maukjizat sendiri-sendiri. Mukjizat adalah keluarbiasaan atau perbuatan ajaib seorang rasul, menyalahi kebiasaan. Ia tidak dapat ditiru dan ditandingi oleh manusia biasa. Sehingga dapat dengan mudah intuk membedakan antara rasul yang benar dengan rasul atau nabi palsu.

4.    Iman pada kitab-kitab Allah SWT
Setiap rasul mendapatkan wahyu-wahyu yang wajib di sampaikan kepada umatnya, wahyu-wahyu yang diterima itu dinamai dengan kitab. Kitab itulah yang menjadi pedoman bagi umatnya untuk menuju jalan yang benar. Maka kita wajib mengimani kitab-kitab Allah sebagai bagian dari rukun iman. Kitab-kitab Allah yang wajib kita imani antara lain :
·         Kitab Taurat yang diwahyukan kepada Nabi Musa, di dalamnya terdapat beberapa syariat dan hukum agama yang sesuai dengan tempat dan kondisi masa itu.
·          Kitab Zabur adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Daud. Isinya mengandung beberapa doa, zikir, pengajaran dan hikmat.
·         Kitab Injil adalah wahyu Allah kepada Nabi Isa. Injil bertujuan untuk mengajak umat manusia untuk bertauhid kepada Allah. Dan untuk mengadakan perbaikan agama Bani Israil yang telah kacau dan menyeleweng.[7]  
·         Kitab Al-Qur’an yaitu wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kitab ini sebagai kitab Allah yang terkhir yang bertujuan untuk penyempurna dari ajaran-ajaran kitab terdahulu. Ajaranya mencakup seluruh aspek kehidupan dan sebagai pedoman hidup umat islam sepanjang masa.

5.    Iman Kepada Hari Akhirat.
Iman kepada hari akhirat adalah masalah yang paling berat dari segala macam akidah dan kepercayaan manusia. Sejak zaman purba, manusia telah membicarakan dan mendiskusikan sampai ke zaman modern sekarang ini. Para ilmuwan dan para filosof selau menempatkan masalah ini sebagai bahan penyelidikan. Demikian esensial masalah ini, maka manakala kita meneliti  ayat-ayat Qur’an dan hadist nabi, maka yang dipersoalkan dari kedua sumber wahyu tersebut adalah Iman dan Islam., maka pastilah penekanannya kepada iman kepada Allah dan iman kepada hari akhir.maka seyogyanya jika kita mengaku dan beriman kepada Allah maka sudah pastilah kita juga harus beriman kepada hari akhirat. Iman kepada hari akhirat termasuk masalah yang penting karena hal itu sangatlah esensial dan berhubungan dengan alam gaib.

6.    Iman kepada Qadha dan Qadar.
Iman kepada qadha dan qadar adalah tiang iman yang keenam atau rukun iman yang terakhir. Qadha dan qadar dalam pembicaraan sehari-hari selalu disebut dengan takdir. Rukun iman yang terakhir ini kalau tridak hati-hati , tidak didasari dengan iman dan ilmu yang kuat maka akn tergelincir kepada aqidah dan cara hidup yang fatal. Kekeliruan yang umumnya terjadi pada masyarakat terhadap qadha dan qadar ialah : “segala nasib baik dan buruk seseorang, atau muslim/kafir, telah ditetapkan secara pasti oleh Allah SWT” sesungguhnya pemahaman seperti itu adalah salah karena jika berbicara takdir itu kalau kita sudah berusaha dan berdoa.
Jika kita beriman kepada takdir itu sesuai dengan ilmu yang benar maka iman yang terakhir itu akan membawa peningkatan kepada ketakwaan, bahwa baik keberuntungan maupun kegagalan dapat dianggap sebagai ujian dari Allah SWT.  Manusia hendaklah selalu berusaha  secara maksimal sambil tawakal dan berdoa. Kemudian yakin bahwa penentuan hasil akhir kita berada di tangan Allah SWT, Dialah yang maha kuasa terhadap segala sesuatu.

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ 
Artinya : Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lohmahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.[8]

2.       Islam
Tiap-tiap agama lazimnya di beri nama dengan disandarkan pendirinya atau pembawanya. Sebagai contoh agama Budha yang dibawa oleh Budha Gautama, agam Kristen yang dibawa oleh jesus Christ. Sedangkan untuk nama islam sendiri bukan dari nama pembawanya yaitu Nabi Muhammad SAW, melainkan penamaan itu langsung dari Allah melalui Qur’an yakni :

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامدِينًاَ
Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.[9]
islam adalah agama samawi penutup yang diturunkan oleh Allah ke dunia melalui seorang rasul Muhammad SAW. Misi utamanya adalah mengantarkan manusia menuju pada kehidupan yang damai, harmonis, aman, tentram, dan bahagia, tidak hanya di dunia ini, namun juga pada kehidupan akhirat kelak.[10]
Secara etimologis kata islam berasal dari bahasa Arab “salima” yang berarti damai, selamat, dan sejahtera kemudian dari itu dibentuklah istilah taslim, yang secara bahasa patuh tunduk, pasrah, maksudnya ialah  patuh dan tunduk serta pasrah kepada kehendak Tuhan.
Secara terminologis (istilah) makna islam ialah agama yang diturunkan Allah SWT, yang mengajarkan dan mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitarnya, yang meliputi pokok-pokok kepercayaan dan aturan-aturan hukum yang dibawa meleui utusan terakhir yakni Nabi Muhammad SAW, dan berlaku untuk seluruh umat manusia.
Selain itu ada juga yang memberikan pengertian, bahwa islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang berupa apa saja yang diturunkan Allah didalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah yang sahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan di dunia maupun di akhirat. Selain itu islam juga mempunyai sebuah lima penjabaran yang menjadi sebuah kewajiban sebagai orang islam, yakni yang lazimnya sering disebut arkanulislam (rukun islam) yaitu :
1.      Syahadat
2.      Sholat 5 waktu
3.      Puasa di bulan Ramadhan
4.      Zakat
5.      Haji ke Baitullah
Yang dimana kelima rukun islam tersebut telah didasarkan dari ilmu syari’at islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

3.       Ihsan
Nabi pernah ditanya oleh Jibril tentang ihsan. Nabi bersabda, “Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”.[11]
Dari konsep tesebut maka dalam perkembangannya ihsan lebih beroriontasi kepada Tasawuf yang tujuannya untuk mensucikan jiwa dari segala kejelekan dan dosa.Nilai ihsan juga termasuk masalah penting dari ketiga konsep dasar islam yakni Iman, Islam, Ihsan karena ihsan penekanannya kepada masalah keikhlasan dalam beribadah untuk mencapai kepada keridloan Allah SWT.
Imam al_syahrastani yang dalam kitabnya al-milla wa al-nihal menjelaskan bahwa  islam adalah menyerahkan diri secara lahir.oleh karena itu ,baik mukmin maupun munafik adalah muslim. sedangkan  iman  adalah pembenaran  terhadap ALLAH, para utusan –nya ,kitab,nya hari kiamat dan menerima qadla dan qodar,intregrasi  antara islam  adalah  kesempurnan. (al-kamal) .atas  dasar  penjelasan itu,al_syahrastani juga menunjukan  bawah  islam adalah mabda (pemula) dan iman adalah menengah (wasath) ;dan ihsan adalah kesempurnaan(al -kamal).















Kesimpulan

Masalah ketiga kerangka epistemologi islam yakni iman, islam, ihsan saling berintegrasi satu sama lain. Bisa dikatan bahwa ketiganya tidak bisa dipisahkan dari epistemology islam. Masalah iman adalah sebuah keyakinan dasar dari sebuah agama islam dan menjadi sebuah pondasi dari sebuah agama islam, dan menjadi penentu keislamannya kedepan. Masalah islam adalah sebuah syari’ah yang berupa norma-norma hukum dari Allah SWT dan menjadi pedoman hidup orang muslim dalam mengarungi kehidupan. Masalah ihsan sangat erat hubungannya dengan dunia tasawuf yang mana bertujuan untuk mensucikan jiwa dan untuk meraih keridloan Allah SWT. Sehingga ihsan penekanannya terhadap keikhlasan ibadah seseorang hamba kepada Allah SWT.



DAFTAR PUSTAKA

Dr.muniron. 2010. Studi Islam. Jember : STAIN Jember Press
Dimyati, Ahmad. 2004. Panduan kuliah Islam. Bandung : PT Sinar Baru Algesindo
Mubarok, Zaky. 2003. Akidah Islam. Jogjakarta: UII Press Jogjakarta
Razak, Nasruddin.1973. Dienul Islam.Bandung : PT Maarif
Tholhah, Hasan. 2005. Islam dalam Prespektif Sosio-Kultural. Jakarta: Lantabora Press
MKD,Tim penyusun. 2011. Ilmu Kalam. Surabaya : IAIN SA Press



  




[1] Ahmad dimyati, panduan kiliah islam(Bandung:PT algesindo),hal20
[2] Zaky Mubarok, Aqidah Islam (Yogykarta : UII press), hal 30
[3] Nasruddin Razak, dinnul islam(Bandung:PT Almaarif), hal 164-165
[4] Nasruddin Razak, dinnul islam(Bandung:PT Almaarif), hal 176
[5] Al-Anbiya’ : 26-27
[6] Prof.M.Hasbi Ash Shiddieqy, al-Islam, Hal 191.
[7] Nasruddin Razak, dinnul islam(Bandung:PT Almaarif), hal 198
[8] Al-Hadid : 22
[9] Al- Maidah (5):3
[10] Dr Muniron, studi islami (jember : STAIN jember Press) hal33
[11] Tim MKD, ilmu kalam(surabaya :IAIN SA Press) hal10

Studi Islam

-->
PENDEKATAN STUDI ISLAM SERTA ISLAM dan KARAKTERISTIKNYA
MAKALAH
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MAKALAH
“Pengantar Studi Islam”



Dosen Pembimbing :
DR. H.Hammis Syafaq M.Fil.I

Oleh :
Agung Dwi Aprilyanto E01211009

FAKULTAS USHULUDDIN
JURUSAN AQIDAH FILSAFAT
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2011

                                                                 
                                                                BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Dewasa ini kajian-kajian Islam sangatlah hangat untuk di diskusikan dan dikaji secara mendalam. Dalam hal ini kajian-kajian islam tersebut sering kita dengar dengan istilah studi Islam atau dalam bahasa inggris lebih dikenal dengan Islamic studies. Studi Islam dalam hal ini adalah kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan keislaman. Tentu dengan makna tersebut sangatlah umum, karena segala sesuatu yang berkaitan dengan islam dikatakan dengan studi Islam. Oleh karena itu perlu adanya spesifikasi pengertian tentang studi Islam dalam kajian ini, yaitu memahami dengan menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan.
Untuk mempelajari beberapa dimensi dari agama Islam diperlukan sebuah metode dan pendekatan-pendekatan yang secara operasional konseptual dapat memberikan pandangan tentang keislaman secara luas dan menyeluruh.

B.      Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Pendekatan-pendekatan apa saja yang digunakan dalam kajian Islam?
2.      Jelaskan Islam beserta Karakteristiknya?

C.       Tujuan Penulisan

Dari perumusan masalah tersebut. Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1.      Mengetahui tentang pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam kajian islam.
2.      Mengetahui sebuah pengertian dari Islam beserta karakteristik yang dimiliki Islam Tersebut.

D.      Manfaat Penulisan

Makalah ini dapat dipakai tambahan referensi atau masukan tentang kajian-kajian keislaman serta karakteristiknya. Selain itu disini juga diulas sedikit tentang pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam kajian Islam yang dapat digunakan untuk tambahan wawasan ilmu pengetahuan kita dalam dunia keislaman terlebih  dalam dunia Studi Islam.




                                                               BAB II

PEMBAHASAN

A.      Pendekatan-pendekatan dalam kajian Islam

Beberapa metode dan pendekatan diperlukan dalam memahami Islam, karena secara operasional konseptual dapat memberikan pandangan bahwa Islam tidak hanya berwajah tunggal (single face), melainkan berwajah plural (multifaces). Hal itu diperlukan karena Islam sebagai agama tidak bisa dipahami memlalui pintu wahyu belaka, tetapi juga perlu dipahami melalui pintu pemeluknya, yaitu maksudnya masyarakat muslim yang menghayati, meyakini dan memperoleh pengaruh dari Islam.denagn kata lain , memahami islam tidak berarti mencari kebenaran teologis atau filosofis, akan tetapi juga mencari bagaimana Islam itu ada dalam kebudayaan dan system social dengan berdasarkan pada fakta atau relitas sosio-kultural.[1]
Selama ini ada dua model pendekatan dalam kajian Islam yang dilakukan oleh kalangan muslim sendiri, kedua oleh kalangan orientalis (barat). Kelompok pertama menggunakan pendekatan yang disebut pendekatan historis normative, dan kelompok kedua menggunakan pendekatan yang disebut analisis diskriptif.
Pendekatan pertama yaitu berupaya memahami islam secara literal, dengan menggunakan keraangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu kayakinan bahwa wujud empirik yang berimbas menganggap bahwa agamanya saja yang paling benar dan agam lain itu salah. Selain itu pendekatan yang pertama ini lebih banyak digunakan oleh orang dalam (muslim) sehingga loyalitas terhadap agamanya menghasilkan kesimpulan yang subyektif. Pendekatan yang seperti ini sering berdampak kepada ketersekatan umat. Di dalam sejarah pemikiran Islam klasik, pendekatan ini memunculkan beberapa bentuk aliran pemikiran, diantaranya ialah Mu’tazilah, Asy’ariyyah, Qadariyyah, Jabbariyaah, Maturidiyyah[2].
Yang mana itu semua saling fanatik dengan pemikiran kelompoknya masing-masing. Pendekatan secara historis normative menekankan pada bentuk formal atau sombol-simbol keagamaan.
Sementara pendekatan yang kedua membahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut. melalui pendekatan sejarah kita diajak mempelajari suatu peristiwa yang telah terjadi di masa lampu sehingga kita dapat mengatahui apa yang telah terjadi di waktu lampau.
Pendekatan ini sangat dibutuhkan dalam memahami islam, karena islam turun berkaitan dengan kondisi social kemasyarakatan. Bahakan dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menerangkan tentang sejarah, yang dapat di jadikan patokan umat islam dalam memahami islam. Pendekatan kedua ini sering dijadikan para orang-orang orientalis barat dalam sebuah kajian keislaman. Mereka tidak berangkat melalui keyakinan, tetepi meraka menggunakan metodologi tertentu dalam sebuaj kajiannya. Sehingga sering terjadi pebedaan dengan keyakinan orang muslim sebelumnya. Sementara itu,  umat islam dalam merespon hasil-hasil kajian para orientalis mereka sering bertindak a priori dan cenderung menolaknya, tanpa mengkaji lebih lanjut secara ilmiah, bahkan ketika ada pemikiran dari orang-orang dari timur yang mengkaji dari pemikiran mereka dengan segera umat islam menuduhnya sebagai bagian misi orang orientalis dan cenderung untuk mengkafirkanya.
Jadi terdapat dua bentuk pendekatan yang saling berlawanan. Yaitu pendekatan yang digunakan oleh pemeluk agama yang bersangkutan, dan yang kedua orang lain dalm artian disini  pata orang-orang orientalis. Yang pertama mempertahankan pemahaman normative tentang agama, yang mana cenderung kepada subjektifitasme, fideistic, debgan menilai orang lain benar atau salah karena melihatnya melalui segi teologis. Yang kedua berusaha melakukan kajiannya dengan objektif, scientific, karena melihat agama dari sisi analisis.
Hubungan antar kedua pendekatan ini sering diiringi ketegangan yang tajam, baik bersifat kreatif maupun destruktif. Pendekatan yang pertama berangkat dari sebuah teks atau literature, tekstualis atau skriptualis. Pendekatan kedua lebih bersifat historis dan menekankan perlunya telaah yang mendalam tentang sebab sebab terjadimya sejarah, baik yang bersifat kulturisal, psikologis maupun sosiologis. Meskipun kelompok kedua ini menginginkan penemuan yang objektif dari penelitiannya, akan tetapi sikap mereka perlu di tanyakan kembali, apakah dalam studi tentang agama-agama tersebut bisa dicapai sebuah scientific objectifism, mengingat bahwa antara insider dan outsider mempunyai kepentingan masing-masing. Dengan kata lain model pendekatan yang berbeda tentang sebuah kajian maka hasil analisis yang diperoleh berbeda pula.

B.      Islam dan Karakteristiknya

Tiap-tiap agama lazimnya di beri nama dengan disandarkan pendirinya atau pembawanya. Sebagai contoh agama Budha yang dibawa oleh Budha Gautama, agam Kristen yang dibawa oleh jesus Christ. Sedangkan untuk nama islam sendiri bukan dari nama pembawanya yaitu Nabi Muhammad SAW, melainkan penamaan itu langsung dari Allah melalui Qur’an yakni :

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامدِينًاَ
Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.[3]
Islam adalah agama samawi penutup yang diturunkan oleh Allah ke dunia melalui seorang rasul Muhammad SAW. Misi utamanya adalah mengantarkan manusia menuju pada kehidupan yang damai, harmonis, aman, tentram, dan bahagia, tidak hanya di dunia ini, namun juga pada kehidupan akhirat kelak. Hal ini adalah sesuai dengan nama Islam itu sendiri yang berarti perdamaian dan keselamatan.[4] Secara etimologis kata islam berasal dari bahasa Arab “salima” yang berarti damai, selamat, dan sejahtera kemudian dari itu dibentuklah istilah taslim, yang secara bahasa patuh tunduk, pasrah, maksudnya ialah  patuh dan tunduk serta pasrah kepada kehendak Tuhan. Oleh karena demikian maka yang tunduk dam patuh serta pasrah kepada kehendak tuhan, dari tinjauan kebahasaan layak untuk dinamakan atau diatributi dengan sebutan muslim.
Sesungguhnya Islam itu adalah agama sepanjang sejarah manusia. Agama dari seluruh Nabi dan Rasul yang pernah diutus oleh Allah SWT pada bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia. Islam itulah agama bagi Adam as, Nabi Ibrahim, Nabi Ya’kub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Isa as.[5]
Firman Allah SWT mengenai Islam sebagai agama Nabi Ibrahim dan agama manusia sebelumnya.

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ
Artinya : Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu.[6]

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون
Artinya : Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".[7]
Sumber ajaran Islam yang paling utama dan sebagai pedoman hidup yaitu :

·         Al-Qur’an
Yaitu Al-Qur’an merupakan sumber utama bagi umat Islam dalam mengarungi kehidupan ini sesuai dengan aturan Allah SWT. Al-Qur’an merupakan mu’jizat terbesar Nabi Muhammad SAW sepanjang masa. Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang dijadikan pedoman dalam hidupnya.
Secara umum, para ulama mendefinisikan bahwa Al-Qur’an sebagai Firman Allah SWt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril dengan berbahasa Arab, yang dijamin kebenaran isinya dan menjadi Hujjah serta mu’jizat bagi Rasulullah SAW, sebagai sumber aturan, petunjuk bagi seluruh umat manusia, dinilai Ibadah untuk membacanya dan terhimpun dalam mushaf dari surat al-Fatihah sampai dengan surat an-Nas yang diriwayatkan secara mutawatir.

·         Hadist
Yakni sumber kedua ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Ia terdiri atas bentuk ucapan, perbuatan, atau persetujuan secara diam dari Nabi. Dalam islam, hadist merupakan istilah yang dinisbahkan pada riwayat spesifik mengenai ucapan dan perbuatan Nabi.
Sebagai salah satu sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur’an , maka hadist mempunyai fungsi yang penting, yaitu diantaranya adalah sebagai pemberi uraian dan keterangan serta penjelasan terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang masih umum. Selain itu dalam perkembangannya hadist memiliki studi untuk melacak validitas dari sebuah hadisy tersebut, yakni yang lebih dikenal dengan studi hadist. Studi ini pendekatannya melalui Sanad(perawi) dan Matan (teks).
kemudian dalam penjabaranya islam mempunyai kerangka dasar epistemologi dengan mengikuti sistematika iman, islam, dan ihsan seperti yang dijelaskan oleh hadist nabi. Menurut para ahli dengan merujuk sistematika iman, islam dan ihsan maka dapat dijelaskan bahwa kerangka dasar ajaran islam terdiri atas akidah, syari’ah, dan akhlak. Ketiga kerangka dasar islam itu dapat dijelaskan sebagai berikut :

·         Akidah
Secara etimologis kata akidah merupakan bentuk masdar dari ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan, yang berarti simpulan, ikatan dan sangkutan. Sedang secara teknis, akidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan.[8] Pembahasan tentang akidah Islam pada umumnya berkisar pada arkan al-iman, rukun iman yang enam. Yakni antara lain :
1.      Iman kepada Allah SWT.
2.      Iman kepada para Malaikat.
3.      Iman kepada para Nabi dan Rasul.
4.      Iman kepada kitab-kitab Allah SWT.
5.      Iman kepada hari Akhir.
6.      Iman kepada Qadha dan Qadar.
Secara keilmuan kajian tentang akidah Islam dilakukan oleh ilmu Tauhid, ilmu Kalam dan juga Ilmu Filsafat Islam. Karena sebagai suatu keyakinan, maka ia hanya bertempat dalam hati. Tidak selamanya akidah Islam itu bersifat rasional, sebab memang ada masalah-masalah tertentu yang akal tidak mampu merasionalkan.

·         Syari’ah
Secara etimologis syari’ah berarti jalan yang lurus yang harus ditempuh. Sedangkan secara teknis syari’ah ialah system norma hukum ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan benda di dalam lingkungan hidupnya.[9] Jadi syari’at islam itu memuat aturan-aturan atau hukum Allah yang mengatur hubungan manusia baik yang menyangkut masalah Ubudiah maupun masalah muamalah. Karena syari’ah merupakan hukum-hukum yang ditetapkan Allah, maka tingkat kebenarannya bersifat mutlak, berbeda dengan fikih sebagai hasil ijtihad yang tentu kebenaranya bersifat relative. Secara keilmuan kajian tentang syari’at Islam dilakukanj memlalui ilmu fikih, meskipun fikih itu sendiri berbeda dengan syari’at.

·         Akhlaq
Akhlaq berasal dari kata khuluq (perangai atau tingkah laku), da nada sangkut pautnya dengan Khaliq dan makhluk. istilah akhlaq ini berhubungan dengan sikap, budi pekerti, perangai dan tingkah laku.
Dengan demikian akhlaq merupakan aspek ajaran islam yang menyangkut norma-norma bagaimana manusia harus berperilaku, baik terhadap Allah maupun terhadap sesama Makhluq. Secara keilmuan aspek akhlaq ini dibahas dalam suatu ilmu yang disebut Akhlak Tasawuf.

                                  
                                                               BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Dalam kajian Islam, tentu mempunyai sebuah pendekatan-pendekatan guna untuk bisa meneliti kajian tentang islam lebih jauh dan mendalam. Macam-macam pendekatan yang digunakan dalam mengkaji islam Selama ini ada dua model pendekatan dalam kajian Islam yakni yang dilakukan oleh kalangan muslim sendiri, kedua oleh kalangan orientalis (barat). Kelompok pertama menggunakan pendekatan yang disebut pendekatan historis normative, dan kelompok kedua menggunakan pendekatan yang disebut analisis diskriptif.Yang masing-masing itu menghasilkan sebuah kesimpulan yang berbeda karena masing-masing pendekatan memunyai sebuah metodologi yang berbeda-beda, selain itu juga mengingat keduanya juga mempunyai kepentingan sendiri-sendiri.
Selain itu islam juga mempunyai sebuah karakteristik yang berbeda dengan agama lain yakni islam mempunyai kerangka dasar epistemologis. Kerangka dasar epistemologis itu antra lain akidah, syari’ah, dan akhlaq.

B.      Saran

Semoga dengan tersusunya makalah ini dapat menambah wawasan kaislaman dan mengetahui tentang pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk mengkaji islam serta untuk mengetahui tentang islam dan karakteristiknya. Dari pembahasan materi ini kami mengalami beberapa kendala dalam penyusunan makalah ini. Maka ada beberapa kesalahan oleh kami atau kekurangan. Oleh karena itu kami juga membutuhkan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.







DAFTAR PUSTAKA

Dr.muniron. 2010. Studi Islam. Jember : STAIN Jember Press
Razak, Nasruddin.1973. Dienul Islam.Bandung : PT Maarif
Tholhah, Hasan. 2005. Islam dalam Prespektif Sosio-Kultural. Jakarta: Lantabora Press
Nasution, Harun. 1972. Teologi Islam. Jakarta: UI Press
MKD,Tim penyusun. 2011.Pengantar Studi Islam. Surabaya : IAIN SA Press








[1] Tim penyusun MKD, Pengantar Studi Islam(Surabaya: IAIN SA Press) hal 161-162
[2] Harun Nasutian, Teologi Islam (Jakarta: UI Press) hal 32
[3] Al- Maidah (5):3
[4] Dr Muniron, studi islami (jember : STAIN jember Press) hal33
[5] Nasruddin Razak, dinnul islam(Bandung:PT Almaarif), hal 72
[6] Al-Hajj (22) : 78
[7] Al-Baqarah (2) : 132
[8] Dr Muniron, studi islami (jember : STAIN jember Press) hal45
[9] Dr Muniron, studi islami (jember : STAIN jember Press) hal46

Translate