Minggu, 26 Februari 2012

Epistemologi Islam

-->
KARAKTERISTIK IMAN, ISLAM, dan IHSAN


Latar Belakang

Berangkat dari ajaran Tauhid, pengalaman dan penghayatan agama islam terbagi atas tiga aspek, yakni : iman, islam, ihsan. Dan pada gilirannya ketiga aspek tersebut mewujudkan tiga macam orientasi keagamaan dalam epistemologi islam. Ketiga kerangka dasar epistemologis islam tersebut pada masa nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya memang belum begitu terasa, sebab pada saat itu kaum muslimin masih merupakan suatu masyarakat etis yang berlandaskan doktrin-doktrin yang jelas tentang Tuhan, hari akhir, serta kawajiban-kewajiban keagamaan yang praktis. Sehingga pada masa itu belum ada kajian lebih lanjut tentang ketiga hal tersebut. Namun dengan seiringnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kajian-kajian intelektual dengan cara pembahasan filosofis semakin meningkat, mulai terasa pembidangan baik dalam pemahaman, pengamalan, maupun penghayatan tentang ketiga kerangka epistemologi islam.
Pada pembahasan makalah kali ini kami akan membahas Akhlaq Tasawuf  secara lebih spesisfik lagi, yaitu pembahasan mengenai Iman, Islam, Ihsan. Karena ketiga hal tersebut juga termasuk dalam objek kajian ilmu Akhlaq Tasawuf. Sehingga perlu juga dikaji lebih lanjut untuk membuahkan hasil sebuah ilmu pengetahuan yang bersifat objektif. 

1.       Iman

Dalam islam, ada aspek yang mendasar yang menjadi pondasi sebuah keyakinan dalam beragama yaitu adalah akidah. Akidah secara etimologis (bahasa) berasal dari kata ‘aqida-ya’qidu-a’qidatan yang berarti simpulan atau ikatan. dan pengertian akidah secara terminologis (istilah) ialah kepercayaan dan keyakinan. Adapun yang dimaksud dengan akidah islam ialah “ perkara-perkara yang dipercayai dan diyakini kebenarannya dalam islam berdasarkan dalil Al-Qur’an dan sunah Rasul.”[1]
Akidah biasanya dijumbuhkan dengan istilah iman, yaitu “ sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota tubuh.” Akidah juga dijumbuhkan dengan istilah tauhid, yakni mengesakan Allah SWT.[2] Iman ialah segi teoritas yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh keragu-raguan dan dipengaruhi persangkalan.
Dalam penjabaranya, iman meliputi arkanuliman yakni rukun Iman. Yaitu antara lain :

1.    Iman kepada Allah SWT
Rukun iman yang pertama ialah iman kepada Allah SWT. Iman kepada Allah adalah yang paling pokok dan mendasari seluruh islam, dan  ia harus diyakinkan dengan ilmu yang pasti seperti ilmu yang terdapat dalam kalimat syahadat “laa ilaaha ilallaah”. Qur’an sebagai  sumberpokok ajaran islam telah memberikan pedoman kepada kita dalam mengenal Allah SWT. Demikian pula dikemukkakannya bukti-bukti yang pasti tentang kekuasaan-Nya bersama seluruh sifat keagungan-Nya.[3]
Konsep ketuhanan dalam islam menurut Qur’an berdasar atas firman Allah surah Al-An’am 102-103 :
ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لا إِلَهَ إِلا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيل لا تُدْرِكُهُ الأبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرٌُ
Artinya : Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
Iman kepada Allah SWT juga meyakini bahwa Allah adalah pencipta seluruh alam semesta beserta isi-isinya, sehingga dengan itu akan menambah keimanan manusia untuk mengenal Allah melalui ayat-ayat qauliyah dan ayat kauniah. Selain itu banyak ayat-ayat Qur’an yang mendesak kepada manusia untuk memikirkan terbentuknya dan kejadian alam semesta, sebagai tanda kekuasaan Allah SWT.

2.    Iman kepada Malaikat
Iman kepada malaikat adalah masalah akidah yang kedua sesudah iman kepada Allah SWT. Pengetahuan kita kepada malaikat hanya semata-mata berdasarkan Qur’an dan keterangan-keterangan Nabi. Para malaikat termasuk persoalan alam gaib, tidak bersifat material namun sebahagian tabiatnya bahwa dia dapat menjelma kealam immaterial. Kita wajib beriman kepada para malaikat oleh karena Qur’an dan Nabi memerintahkannya, sebagaimana wajibnya beriman kepada Allah SWT dan para Nabinya.[4]
Tentang sifat-sifat malaikat, Qur’an menerangkan bahwa mereka adalah hamba Allah yang mulia, tidak pernah durhaka. Tidak bermaksiat dan tidak pernah menentang perintah Allah. Meraka tidak membutuhkan makan dan minum selalu taat terhadap segala perintah Allah yang diamanatkan kepadanya.
Hal itu ditegaskan melaui Qur’an :

 عِبَادٌ مُكْرَمُون لا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونََ
Artinya : Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.[5]
Apabila kita telah beriman kepada para malaikatnya hendaklah kita selau bersifat optimis dalam menempuh jalan kehidupan ini , karena iman itulah yang membawa kita untuk menuju ketenangan dan ketentraman jiwa.

3.    Iman kepada para Nabi
Dalam analisa yang lalu telah diuraikan tentang iman kepada maliakat, meraka sebagai makhluk tertinggi menjadi jalan turunya wahyu yang agung kepada para rasul, dimana para rasul itulah sebagai duta-duta Allah untuk manusia. Mengenai jumlah para nabi /rasul tidaklah diketahui secara pasti. Sebagian ilama berkata Rasul itu berjumlah “313” orang, dan nabi barjumlah “124.000” orang.[6]
Para rasul berkewajiban menyampaikan risalah dan wahyu kepada para umat manusia . kerena itulah iman kepada para rasul berarti mempercayai bahwa allah telah memilih di antara manusia menjadi utusanya dengan tugas risalah kepada manusia sebagai hamba-hamba Allah dengan wahyu yang diterima dari Allah SWT untuk membimbing para umat manusia ke jalan yang lurus dan benar.
Para rasul memiliki sifat keistimewaan yang merupakan kelebihan mereka dari manusia lainya dikenal dengan istilah sifat-sifat wajib. Sifat ini sebagai bukti bagi seorang rasul Allah, yakni :
·         Siddiq yang artinya benar.
·         Amanah yang artinya dapat dipercaya.
·         Tablig yang artinya menyanpaikan.
·         Fatonah yang artinya cerdas.

 Dari sekian sifat khas seorang rasul Allah, yang paling esensial yang menjadi bukti kerasulan ialah mukjizat. Setiap rasul mempunyai maukjizat sendiri-sendiri. Mukjizat adalah keluarbiasaan atau perbuatan ajaib seorang rasul, menyalahi kebiasaan. Ia tidak dapat ditiru dan ditandingi oleh manusia biasa. Sehingga dapat dengan mudah intuk membedakan antara rasul yang benar dengan rasul atau nabi palsu.

4.    Iman pada kitab-kitab Allah SWT
Setiap rasul mendapatkan wahyu-wahyu yang wajib di sampaikan kepada umatnya, wahyu-wahyu yang diterima itu dinamai dengan kitab. Kitab itulah yang menjadi pedoman bagi umatnya untuk menuju jalan yang benar. Maka kita wajib mengimani kitab-kitab Allah sebagai bagian dari rukun iman. Kitab-kitab Allah yang wajib kita imani antara lain :
·         Kitab Taurat yang diwahyukan kepada Nabi Musa, di dalamnya terdapat beberapa syariat dan hukum agama yang sesuai dengan tempat dan kondisi masa itu.
·          Kitab Zabur adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Daud. Isinya mengandung beberapa doa, zikir, pengajaran dan hikmat.
·         Kitab Injil adalah wahyu Allah kepada Nabi Isa. Injil bertujuan untuk mengajak umat manusia untuk bertauhid kepada Allah. Dan untuk mengadakan perbaikan agama Bani Israil yang telah kacau dan menyeleweng.[7]  
·         Kitab Al-Qur’an yaitu wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kitab ini sebagai kitab Allah yang terkhir yang bertujuan untuk penyempurna dari ajaran-ajaran kitab terdahulu. Ajaranya mencakup seluruh aspek kehidupan dan sebagai pedoman hidup umat islam sepanjang masa.

5.    Iman Kepada Hari Akhirat.
Iman kepada hari akhirat adalah masalah yang paling berat dari segala macam akidah dan kepercayaan manusia. Sejak zaman purba, manusia telah membicarakan dan mendiskusikan sampai ke zaman modern sekarang ini. Para ilmuwan dan para filosof selau menempatkan masalah ini sebagai bahan penyelidikan. Demikian esensial masalah ini, maka manakala kita meneliti  ayat-ayat Qur’an dan hadist nabi, maka yang dipersoalkan dari kedua sumber wahyu tersebut adalah Iman dan Islam., maka pastilah penekanannya kepada iman kepada Allah dan iman kepada hari akhir.maka seyogyanya jika kita mengaku dan beriman kepada Allah maka sudah pastilah kita juga harus beriman kepada hari akhirat. Iman kepada hari akhirat termasuk masalah yang penting karena hal itu sangatlah esensial dan berhubungan dengan alam gaib.

6.    Iman kepada Qadha dan Qadar.
Iman kepada qadha dan qadar adalah tiang iman yang keenam atau rukun iman yang terakhir. Qadha dan qadar dalam pembicaraan sehari-hari selalu disebut dengan takdir. Rukun iman yang terakhir ini kalau tridak hati-hati , tidak didasari dengan iman dan ilmu yang kuat maka akn tergelincir kepada aqidah dan cara hidup yang fatal. Kekeliruan yang umumnya terjadi pada masyarakat terhadap qadha dan qadar ialah : “segala nasib baik dan buruk seseorang, atau muslim/kafir, telah ditetapkan secara pasti oleh Allah SWT” sesungguhnya pemahaman seperti itu adalah salah karena jika berbicara takdir itu kalau kita sudah berusaha dan berdoa.
Jika kita beriman kepada takdir itu sesuai dengan ilmu yang benar maka iman yang terakhir itu akan membawa peningkatan kepada ketakwaan, bahwa baik keberuntungan maupun kegagalan dapat dianggap sebagai ujian dari Allah SWT.  Manusia hendaklah selalu berusaha  secara maksimal sambil tawakal dan berdoa. Kemudian yakin bahwa penentuan hasil akhir kita berada di tangan Allah SWT, Dialah yang maha kuasa terhadap segala sesuatu.

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ 
Artinya : Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lohmahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.[8]

2.       Islam
Tiap-tiap agama lazimnya di beri nama dengan disandarkan pendirinya atau pembawanya. Sebagai contoh agama Budha yang dibawa oleh Budha Gautama, agam Kristen yang dibawa oleh jesus Christ. Sedangkan untuk nama islam sendiri bukan dari nama pembawanya yaitu Nabi Muhammad SAW, melainkan penamaan itu langsung dari Allah melalui Qur’an yakni :

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامدِينًاَ
Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.[9]
islam adalah agama samawi penutup yang diturunkan oleh Allah ke dunia melalui seorang rasul Muhammad SAW. Misi utamanya adalah mengantarkan manusia menuju pada kehidupan yang damai, harmonis, aman, tentram, dan bahagia, tidak hanya di dunia ini, namun juga pada kehidupan akhirat kelak.[10]
Secara etimologis kata islam berasal dari bahasa Arab “salima” yang berarti damai, selamat, dan sejahtera kemudian dari itu dibentuklah istilah taslim, yang secara bahasa patuh tunduk, pasrah, maksudnya ialah  patuh dan tunduk serta pasrah kepada kehendak Tuhan.
Secara terminologis (istilah) makna islam ialah agama yang diturunkan Allah SWT, yang mengajarkan dan mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitarnya, yang meliputi pokok-pokok kepercayaan dan aturan-aturan hukum yang dibawa meleui utusan terakhir yakni Nabi Muhammad SAW, dan berlaku untuk seluruh umat manusia.
Selain itu ada juga yang memberikan pengertian, bahwa islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang berupa apa saja yang diturunkan Allah didalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah yang sahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan di dunia maupun di akhirat. Selain itu islam juga mempunyai sebuah lima penjabaran yang menjadi sebuah kewajiban sebagai orang islam, yakni yang lazimnya sering disebut arkanulislam (rukun islam) yaitu :
1.      Syahadat
2.      Sholat 5 waktu
3.      Puasa di bulan Ramadhan
4.      Zakat
5.      Haji ke Baitullah
Yang dimana kelima rukun islam tersebut telah didasarkan dari ilmu syari’at islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

3.       Ihsan
Nabi pernah ditanya oleh Jibril tentang ihsan. Nabi bersabda, “Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”.[11]
Dari konsep tesebut maka dalam perkembangannya ihsan lebih beroriontasi kepada Tasawuf yang tujuannya untuk mensucikan jiwa dari segala kejelekan dan dosa.Nilai ihsan juga termasuk masalah penting dari ketiga konsep dasar islam yakni Iman, Islam, Ihsan karena ihsan penekanannya kepada masalah keikhlasan dalam beribadah untuk mencapai kepada keridloan Allah SWT.
Imam al_syahrastani yang dalam kitabnya al-milla wa al-nihal menjelaskan bahwa  islam adalah menyerahkan diri secara lahir.oleh karena itu ,baik mukmin maupun munafik adalah muslim. sedangkan  iman  adalah pembenaran  terhadap ALLAH, para utusan –nya ,kitab,nya hari kiamat dan menerima qadla dan qodar,intregrasi  antara islam  adalah  kesempurnan. (al-kamal) .atas  dasar  penjelasan itu,al_syahrastani juga menunjukan  bawah  islam adalah mabda (pemula) dan iman adalah menengah (wasath) ;dan ihsan adalah kesempurnaan(al -kamal).















Kesimpulan

Masalah ketiga kerangka epistemologi islam yakni iman, islam, ihsan saling berintegrasi satu sama lain. Bisa dikatan bahwa ketiganya tidak bisa dipisahkan dari epistemology islam. Masalah iman adalah sebuah keyakinan dasar dari sebuah agama islam dan menjadi sebuah pondasi dari sebuah agama islam, dan menjadi penentu keislamannya kedepan. Masalah islam adalah sebuah syari’ah yang berupa norma-norma hukum dari Allah SWT dan menjadi pedoman hidup orang muslim dalam mengarungi kehidupan. Masalah ihsan sangat erat hubungannya dengan dunia tasawuf yang mana bertujuan untuk mensucikan jiwa dan untuk meraih keridloan Allah SWT. Sehingga ihsan penekanannya terhadap keikhlasan ibadah seseorang hamba kepada Allah SWT.



DAFTAR PUSTAKA

Dr.muniron. 2010. Studi Islam. Jember : STAIN Jember Press
Dimyati, Ahmad. 2004. Panduan kuliah Islam. Bandung : PT Sinar Baru Algesindo
Mubarok, Zaky. 2003. Akidah Islam. Jogjakarta: UII Press Jogjakarta
Razak, Nasruddin.1973. Dienul Islam.Bandung : PT Maarif
Tholhah, Hasan. 2005. Islam dalam Prespektif Sosio-Kultural. Jakarta: Lantabora Press
MKD,Tim penyusun. 2011. Ilmu Kalam. Surabaya : IAIN SA Press



  




[1] Ahmad dimyati, panduan kiliah islam(Bandung:PT algesindo),hal20
[2] Zaky Mubarok, Aqidah Islam (Yogykarta : UII press), hal 30
[3] Nasruddin Razak, dinnul islam(Bandung:PT Almaarif), hal 164-165
[4] Nasruddin Razak, dinnul islam(Bandung:PT Almaarif), hal 176
[5] Al-Anbiya’ : 26-27
[6] Prof.M.Hasbi Ash Shiddieqy, al-Islam, Hal 191.
[7] Nasruddin Razak, dinnul islam(Bandung:PT Almaarif), hal 198
[8] Al-Hadid : 22
[9] Al- Maidah (5):3
[10] Dr Muniron, studi islami (jember : STAIN jember Press) hal33
[11] Tim MKD, ilmu kalam(surabaya :IAIN SA Press) hal10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate